KLIKANGGARAN.Com.- Madu Sialang dikenal sebagai salah satu produk andalan masyarakat Desa Batang Hari, Kecamatan semindang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan.
Madu yang dihasilkan dari lebah jenis apis dorsata (labah madu) ini diyakini memiliki banyak khasiat, baik sebagai suplemen ataupun obat.
Madu Sialang memiliki kekhasan pada rasanya yang sedikit pahit dengan warna coklat kehitam-hitaman. Madu Sialang asal Kabupaten Ogan Komering Ulu ini selalu menjadi incaran bagi penikmat madu di Kota Palembang dan Baturaja.
Sebagai primadona, si manis alami ini tergolong langka. Untuk mengambilnya masyarakat yang akan memanen madu harus menerobos hutan. Usaha ini masih ditambah dengan memanjat pohon Sialang.
Selain itu memanen madu tidak bisa asal panen karena para pemburu harus membuat asap dan mengenakan alat pelindung diri agar terhindar dari sengatan lebah. Praktik ini merupakan warisan turun menurun warga di Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Disebut Madu sialang karena Madu ini kerap berada di pohon Sialang atau menggeris (koompassia Excelsa) merupakan jenis tumbuhan yang termasuk dalam suku Johar-joharan.
Pohon yang hidup di hutan hujan ini umumnya tumbuh di daerah rendah tetapi juga ditemukan di dataran sedang. Tinggi pohon Sialang rata-rata mencapai 60-80 meter. Pohon Sialang sebagian ditemukan di sejumlah hutan, kebun warga dan umumnya berada di tepi sungai.
Baca Juga: Tarik Investasi, Pemkab Tegal Percepat Revisi Rencana Tata Ruang. Kemudahan Berinvestasi Dijamin
Salah satu petani madu yang sudah lima belas tahun menekuni pekerjaan sebagai pemanjat untuk mendapatkan madu Sialang adalah Pawi.
Pawi harus menelusuri belantara dan melintasi beberapa anak sungai yang berada di kawasan hutan Desa Batang Hari, Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Pawi bersama petani lainnya mencari beberapa pohon berukuran besar yang berada di tengah hutan belantara. Untuk mencapai tempat ini dibutuhkan waktu 3 hingga 4 jam.
“untuk kelokasi dibutuhkan waktu sampai 4 jam, kendala saya kalau turun hujan karena akan sulit dan lebih lama menuju lokasi” kata pawi.
Pawi juga menuturkan, di saat memanen madu dirinya harus menyisakan sebagian kecil sarang sebagai rumah ratu lebah dan anak-anaknya. Cara ini dilakukan agar lebah tetap dapat berkembang biak.
Untuk satu kali panen petani memperoleh sebanyak 80 sampai 100 kilogram madu murni. Di masa pandemi covid 19 ini permintaan akan madu Sialang meningkat tajam hingga 300 persen dari biasanya. Peningkatan itu dikarenakan madu Sialang diyakini dapat menambah imunitas tubuh.

Lebah penghasil madu Sialang (Iwan Fasha)
Menurut Hartawani, salah seorang petani madu, saat ini mereka kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi terhadap madu Sialang.
“Sejak pandemi ini permintaan meningkat 300 persen, sedangkan stoknya terkadang kosong. Kalau sudah habis pelanggan harus rela menunggu itu pun terkadang hasilnya tidak sesuai harapan”, ungkap Hartawan.
Berburu madu hutan menjadi berkah tersendiri bagi warga di Kabupaten Ogan Komeriung Ulu karena memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
Harga madu Sialang masih cukup menjanjikan yaitu seratus dua puluh ribu rupiah per kilogram.
Meski demikian warga tetap berharap adanya peran serta pemerintah setempat dalam membina dan mendistribusikan madu Sialang agar lebih dikenal masyarakat lebih luas lagi.